Source: http://www.rekrutmen-tni.ilmci.com
   
   

Minggu, 02 Juni 2013

PERTEMUAN KEEMPATBELAS: KEPUASAN PELANGGAN


JAKARTA-RAWAMANGUN
            Senin, 27 Mei 2013 merupakan pertemuan keempatbelas perkuliahan manajemen pemasaran. Seperti biasa perkuliahan diadakan di ruang kelas D 307 Daksinapati, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta. Perkuliahan dimulai pukul 13.30WIB, tanpa dihadiri oleh dosen bersangkutan Bapak Dr. Amril Muhammad, S.E., M.Pd. dikarenakan berhalangan hadir. Pada perkuliahan kali ini, diadakan paparan kelompok seperti biasa, dan kelompok yang maju hari ini adalah saudara Demas Hilman, dan Marsha Ramadhoni. Mereka memaparkan materi mengenai “Kepuasan Pelanggan”.
            Kelompok mereka menjelaskan mengenai kepuasan pelanggan, dimana definisinya menurut Wilky (1990), mendefinisikannya sebagai suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu barang/jasa.
            Kemudian saudara Demas menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi/sering digunakan dalam mengevaluasi pelanggan (Garvin dalam Lovelock 1994; Peppard dan Rowland, 1995). Adalah sebagai berikut:
1.      Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti (core product yang dibeli).
2.      Ciri-ciri keistimewaan tambahan (features).
3.      Keindahan (reability).
4.      Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specification).
5.      Daya tahan (durability).
6.      Service Ability
7.      Estetika
8.      Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality).
            Saudara Demas selanjutnya menjelaskan faktor dalam mengevaluasi jasa yang bersifat intangible (Parasuraman, et al, 1985):
1.      Bukti langsung (tangibels)
2.      Keandalan (reability)
3.      Daya tanggap (responesiveness)
4.      Jaminan (assurance)
5.      Empati

            Pada paparan selanjutnya, dia menjelaskan perspektif dari psikologi kepuasaan pelanggan. Terdapat dua model, yaitu model kognitif, dan model afektif.
1.      Model Kognitif: Penilaian berdasarkan selisih atau perbedaan dengan yang ideal dan yang aktual.
Beberapa model kognitif:
-          The Expectancy Disconfirmasi Model
-          Equity Theory
-          Attribution Theory

2.      Model Afektif: Penilaian pelanggan individual terhadap produk atau jasa tidak semata-mata berdasarkan perhitungan rasional.

            Paparan selanjutnya dijelaskan oleh saudara Marsha, dimana dia menjelaskan cara mengukur kepuasan pelanggan, dibagi menjadi empat, yaitu Sistem keluhan dan saran, contohnya dengan membuka kotak saran dan menerima keluhan. Lalu Survey kepuasan pelanggan, bertanya langsung, angket, telpon. Ketiga adalah Pembeli Bayangan, menyuruh orang tertentu untuk membeli barang dari perusahaan lain. Terakhir adalah Analisis pelanggan yang beralih, dengan menghubungi kembali pelanggan yang telah berhenti guna mengetaui alasan.

            Paparan terakhir yang dijelaskan Marsha, adalah sebab timbulnya ketidakpuasan. Diantaranya adalah tidak sesuai harapan, layanan selama proses tidak memuaskan, perilaku personil kurang menyenangkan, suasana tidak menunjang, cost terlalu tinggi, dan promosi/iklan terlalu muluk.
                 Sekian reportase mingguan kali ini, semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin. Terima kasih.

Sabtu, 25 Mei 2013

PERTEMUAN KETIGABELAS: PERILAKU KONSUMEN



JAKARTA-RAWAMANGUN
                Pada hari Senin, 20 Mei 2013 diadakan pertemuan ketigabelas perkuliahan Manajemen Pemasaran yang diadakan di kelas D307 Daksinapati, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta. Perkuliahan dimulai pukul 13.30 WIB, dan dipimpin langsung oleh Bapak Dr. Amril Muhammad, S.E., M.Pd. selaku dosen bersangkutan. Presentasi kelompok hari ini membahas mengenai “Perilaku Konsumen”, dan anggota yang memaparkan diantaranya Dwi Sakti Nugroho, Yudhi Arhdiyanto, dan Qidham Permadi.
                Kelompok mereka memberikan penjelasan bahwa perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan oleh konsumen atau calon pembeli dalam merencanakan, membeli, dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa. Ada dua faktor dalam perilaku konsumen yang mempengaruhi perilaku konsumen itu sendiri, yaitu terdapat faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang terdapat dalam diri konsumen seperti kebutuhan, karena tiap konsumen memiliki gaya hidup yang berbeda-beda dan kebutuhan yang berbeda-beda juga. Kemudian ada keinginan. Selain kebutuhan, keinginan konsumen berbeda juga, maka dari itu keinginan seseorang mempengaruhi perilaku konsumen. Ketiga, adalah konsep diri, dalam konsep ini terdapat beberapa hal yaitu fisik, sosial, religi, dan mental. Terakhir keempat, adalah daya beli dari konsumen itu sendiri. Lalu selain faktor internal, terdapat faktor eksternal, yang terdapat dalam faktor eksternal, yaitu ekonomi, kondisi ekonomi seorang konsumen akan mempengaruhi bagaimana perilaku ia dalam membeli. Kedua, lingkungan ekonomis, perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh lingkungan yang ekonomis. Ketiga, demografis, yaitu lingkungan yang ada di sekitar konsumen. Keempat adalah sosiologis, lalu ada politis, dan terakhir adalah IPTEK.
                Lalu dalam paparan berikutnya, dijelaskan proses keputusan pembeli, terdapat beberapa proses keputusan, diantaranya adalah pertama, pengenalan masalah, tanpa adanya pengenalan masalah, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli. Kedua, pencarian informasi. Konsumen akan mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Ketiga, perilaku purnabeli, maksudnya adalah mantan pembeli. Jika ada konsumen mencari tahu dan melihat apresiasi perilaku purnabeli ini, konsumen akan melakukan keputusan pembelian apa saja yang ingin dibeli. Dan terakhir kelima, adalah evaluasi alternatif.
                Terdapat istilah black box dalam mempelajari perilaku konsumen, yaitu terdapatnya perbedaan dalam pemikiran setiap konsumen terhadap produk yang sama, dikarenakan faktor selera konsumen yang berbeda-beda. Dengan kata lain, dapat dikatakan setiap konsumen memiliki black box sendiri-sendiri yang hanya dapat diketahui oleh konsumen itu sendiri. Agar produk yang ditawarkan dapat menarik para konsumen, produsen secara garis besar mempelajari black box konsumen agar dapat menyesuaikan permintaan dan penawaran konsumen.
                Demikian posting reportase pertemuan ketigabelas saya, semoga bermanfaat dan berguna untuk kita semua, Amin.

Kamis, 16 Mei 2013

PERTEMUAN KEDUABELAS: KUALITAS JASA PENDIDIKAN




JAKARTA-RAWAMANGUN
                Pada hari Senin 13 Mei 2013 diadakan pertemuan keduabelas perkuliahan Manajemen Pemasaran yang diadakan di kelas D307 Daksinapati, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta. Pada perkuliahan kali ini hadir Bapak Dr. Amril Muhammad, S.E., M.Pd. selaku dosen bersangkutan. Perkuliahan dimulai pukul 13.30 WIB dan seperti biasa diadakan paparan kelompok. Kelompok sepuluhlah yang mendapat giliran presentasi hari ini. Anggota kelompok tersebut terdiri dari Kiki Indriyani, Lensy Juni, Astri Nurul Apriliani, dan Ajeng Afiyani Safitri. Mereka memaparkan mengenai materi Kualitas Jasa.
                Pada materi pertama, mereka menjelaskan bahwa definisi dari kualitas jasa sendiri adalah sebagai tanggapan konsumen terhadap jasa yang dikonsumsi atau yang dirasakannya, atau sebagai tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.
                Penilaian konsumen terhadap kualitas jasa terdiri dari empat jenis, yaitu Moment of Truth, Persepsi Konsumen, Experience Quality, dan Credence Quality. Sedangkan syarat dalam kualitas jasa terdiri dari empat jenis, yaitu Komprehensif, Universal, Bebas, dan Terbatas.
                Pada pemaparan selanjutnya dijelaskan mengenai dimensi kualitas jasa yang terdiri dari lima bagian, yaitu Reliability (kehandalan) yang terkait dengan kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan kepada konsumen, Responsiveness (respon) terkait dengan daya tanggap perusahaan dalam pemberian pelayanan yang baik dan memuaskan kepada konsumen, Assurance (jaminan) yaitu terkait dengan jaminan yang diberikan perusahaan terhadap konsumennya, Empathy (empati) terkait dengan sikap dan watak personel dalam perusaan, dan Tangibels yaitu terkait dengan bukti eksistensinya terhadap konsumen. Selanjutnya terdapat model untuk mengukur kualitas jasa, terdapat Parasuraman’s Gap Model, Gronroos’s Preceived Service Quality Model, dan Service Profit Chain Model.
                Saudari Lensi ketika memberikan paparan, menjelaskan kriteria kualitas jasa. Pada bagian ini terdapat beberapa jenis. Diantaranya adalah Professionalism and Skills, dimana pada penyedia jasa dan sumber daya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam problem solving. Attitudes and Behavior yaitu bila konsumen merasakan bahwa karyawan perusahaan menaruh perhatian penuh terhadap mereka. Accessibility and Flexibility adalah bila pelanggan memiliki pelayanan yang memudahkan mereka dalam menikmati jasa yang disediakan. Reliability and Trustwhorthiness adalah reputasi yang baik dan selalu menjaga kepercayaan pelanggan. Recovery yaitu ketika terjadi kesalahan dalam pelayanan, penyedia jasa dapat membantu mengembalikan atau memecahkan permasalahan yang terjadi. Terakhir adalah Reputation and Credibility, yaitu menjaga reputasi dan kepercayaan pelanggan.
                Selanjutnya ada kualitas total suatu jasa, terdapat tiga komponen dalam hal ini. Yaitu Technical Quality yang berkaitan dengan output jasa yang diapresiasikan oleh seluruh konsumen. Functional Quality adalah yang berkaitan dengan kualitas cara penyampaian jasa. Terakhir adalah Corporate Image, yaitu citra perusahaan, meliputi reputasi, profil, dan daya tarik khusus dari perusahaan. Selanjutnya terdapat 4 unsur pokok dalam konsep kualitas jasa, yaitu kecepatan, ketepatan, keramahan, dan kenyamanan. Selain itu terdapat Dampak Kualitas Jasa, terdapat empat bagian, yaitu pertemuan jasa, desain jasa, produktivitas jasa, dan budaya organisasi jasa. Dalam kualitas jasa pun terdapat prinsip kualitas jasa, yang diantaranya terdapat kepemimpinan, pendidikan, perencanaan, review, komunikasi, dan penghargaan dan pengakuan.
                Saudari Lensy menjelaskan faktor-faktor penyebab kualitas jasa yang buruk, diantaranya adalah:
1.       Produk dan konsumsi terjadi secara simultan.
2.       Intensitas tenaga kerja yang tinggi.
3.       Dukungan pada pelanggan internal kurang memadai.
4.       Kesenjangan konsumen.
5.       Melayani semua pelanggan dengan cara yang sama.
6.       Perluasan/pengenmabgan jasa secara berlebihan.
7.       Visi bisnis jangka pendek.

                Pada pemaparan selanjutnya dijelaskan strategi-strategi meniongkatkan kualitas jasa:
1.       Mengidentifikasi determinan kualitas jasa.
2.       Mengelola harapan.
3.       Mengelola bukti kualitas jasa.
4.       Mendidik konsumen.
5.       Mengenmbangkan budaya kualitas.
6.       Menciptakan automating quality.
7.       Menindaklanjuti jasa.
8.       Mengembangkan sistem informasi kualitas jasa.

                Dalam konsep kualitas jasa, terdapat biaya kualitas jasa yang merupakan biaya yang terjadi atau mungkin akan terjadi sebagai akibat kualitas jasa yang buruk. Kemudian terdapat pengukuran kualitas jasa. Pada saat membeli barang, konsumen dapat menggunakan banyak tangibel cues untuk menilai kualitas, misal warna, model, label kemasan, dan lain-lain.
                Pada paparan terakhir, dijelaskan pula konsep Total Quality Service (TQS). TQS merupakan konsep perbaikan terhadap kualitas jasa yang terus menerus dan berkesinambungan, sehingga organisasi atau perusahaan selalu menyiapkan lingkungan yang kondusif dalam mewujudkannya.
                Sekian materi yang dapat saya berikan dalam reportase kali ini, semoga bermanfaat. Terima kasih.

Jumat, 10 Mei 2013

PERTEMUAN KESEBELAS: PROMOSI JASA PENDIDIKAN




JAKARTA-RAWAMANGUN
                Senin, 6 Mei 2013 merupakan pertemuan kesebelas perkuliahan manajemen pemasaran. Kuliah diadakan di kelas D307 Daksinapati, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta. Perkuliahan dimulai tanpa adanya Bapak Amril Muhammad, S.E., M.Pd selaku dosen bersangkutan dikarenakan sedang ada halangan. Presentasi pada hari ini dipaparkan oleh kelompok sembilan, dan dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil. Perwakilan dari kelompok 9 saya adalah Saudari Ria Zulviah. Kelompok mereka menjelaskan mengenai “Promosi”.
                Ria mengatakan bahwa promosi adalah, sejenis komunikasi yang diberi penjelasan yang meyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa atau sebuah proses membagi ide, informasi, atau perasaan audiens. Jadi promosi disini adalah bisa disebut sebagai pencitraan terhadap konsumen yang menginginkan suatu barang tersebut.
                Faktor-faktor yang mempengaruhi promosi menurut William J. Stanton:
1.       Jumlah dana yang tersedia
2.       Keadaan pasar
3.       Keadaan produk
4.       Tingkat siklus kehidupan produk

                Selanjutnya adalah tujuan promosi, menurut saudari Ria, tujuan promosi menurut Schoel (1933) adalah untuk menarik perhatian, mengingatkan, mengajak untuk membeli. Selanjutnya terdapat elemen-elemen promosi, menurut Phillip Kotler dan Gary Armstrong (1991) terdapat:
1.       Advertising: Mempromosikan produk dengan iklan melalui media-media, seperti televisi, radio, dll.
2.       Sales Promotion: Melakukan promosi bisa dengan diadakannya diskon di tempat pembelanjaan, untuk menarik perhatian konsumen.
3.       Public Relation: Pencitraan produk, sehingga produk yang kita produksi dan jual dapat memiliki nama baik, sehingga nama perusahaanpun naik dan eksis.
4.       Personal Selling: Mempromosikan produk dengan menggunakan Sales Promotion Girls atau Sales Promotion Boys.

                Perbedaan Iklan dan Promosi
IKLAN
PROMOSI
-          Dilakukan secara tidak langsung
-Dapat dilakukan kapan saja (langsung maupun tidak langsung
-          Dijalankan melalui media tertentu



                Persamaan Iklan dan Promosi adalah merupakan usaha menaikan omzet penjualan.
                Selanjutnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun iklan:
1.       Cara menyusun iklan,
2.       Tempat dan waktu memasang iklan,
3.       Ukuran iklan,
4.       Frekuensi pemasangan iklan.
Pada presentasi terakhir, Saudari Ria memberikan paparan mengenai promosi di jasa pendidikan, diantaranya terdapat:
1.       Publikasi di surat kabar,
2.       Publikasi di radio,
3.       Memasang produk,
4.       Mencetak dan membagikan produk,
5.       Demonstrasi.

                Sekian materi paparan yang disampaikan oleh saudari Ria Zulviah mengenai “Promosi”. Semoga bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih.

Minggu, 05 Mei 2013

PERTEMUAN KESEPULUH: KEBIJAKAN HARGA



JAKARTA-RAWAMANGUN 
            Senin, 29 April 2013 merupakan perkuliahan kesepuluh mata kuliah manajemen pemasaran jasa pendidikan. Pada pertemuan kali ini, presentasi oleh kelompok 8 diadakan di kelas D307 Fakultas Ilmu Pendidikan lantai tiga. Para anggota kelompok tersebut adalah saudari Bertha, Roliyani, Whinda, dan Vivi, para penyaji dari tiap kelompok menjelaskan secara detil dan rinci materinya mengenai Kebijakan Harga. Selanjutnya setelah presentasi, Bapak Dr. Amril Muhammad, S.E, M.Pd selaku dosen mata kuliah tersebut menjelaskan materi kebijakan harga.

            Kebijakan harga produsen dibagi menjadi dua, yaitu skimming price dan penetration price. Skimming price adalah strategi menetapkan harga awal yang tinggi ketika produk baru diluncurkan dan semakin lama akan terus turun harganya. Contoh handphone Smartphone, laptop, komputer, dan lain sebagainya. Sedangkan Penetration Price adalah menentukan harga awal yang rendah serendah-rendahnya atau murah dengan tujuan untuk penetrasi pasar dengan cepat dan juga membangun loyalitas merek dari pada konsumen. Contoh : tarif layanan operator baru XL, Mie Sedap, dan lain-lain.
          
         Price Policies disini terbagi menjadi dua, yaitu price leader, dan cost of good. Price leader adalah menetapkan harga lebih rendah daripada harga pasar/harga normal untuk meningkatkan omset penjualan/pembeli. Lalu cost of good, yaitu segala biaya yang timbul dalam rangka membuat suatu produk menjadi siap untuk dijual. Atau dengan kalimat lain, Harga Pokok Penjualan adalah biaya yang terlibat dalam proses pembuatan barang atau yang bisa dihubungkan langsung dengan proses yang membawa barang dagangan siap untuk dijual.

                Kebijakan harga wholesaler, menggunakan price policies sebagai berikut, diantaranya adlaah Gepographical price quotation; Price adjusted to buyers position; Price based on quantity purchased; Dumping; dan Discount Methods of quoting price. Sedangkan kebijakan harga retailer dibagi menjadi: Margin Pricing; Price Lining; Competitors Prices; Discount House; Judgment pricing; Customary prices; odd  prices; dan combination offer.

        Potongan-potongan harga dan potongan berat dibagi menjadi:
1. Potongan Berat
a. Potongan kesusutan kering
b. Potongan kesusutan timbangan
c. Ekstra tara
d. Rafaksi
e. Potongan atas tangkai

2. Potongan Harga

a. Rabat
b. Potongan tunai

           Selanjutnya adalah penetapan  harga oleh pemerintah, alasan dibalik penetapan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Untuk melindungi rakyat terhadap permainan harga oleh kaum produsen atau pedagang.
b. Untuk menstabilkan tingkat harga umum.
c. Untuk mencegah penurunan harga yang lebih parah.

               Pada pembahasan materi selanjutnya, terdapat harga sebagai daya tarik bagi konsumen, dibagi menjadi dua. Yaitu harga promosi dan Diskriminasi harga. Lalu faktor kebijakan harga, dijabarkan menjadi "apa yang ditinjau" dan penetrasi atau penerobosan. William J. Stanton dalam bukunya mengatakan,"Jumlah uang yang dibutuhkan untuk suatu produk".
                Kemudian terdapat pentingnya harga, terdapat dua alasan:
- Dalam perekonomian: Pengaruhnya terhadap upah, sewa, bunga, dan laba.
- Dalam perusahaan: Berpengaruh terhadap permintaan pasar.
               Penyaji selanjutnya memberikan materi tujuan penetapan harga, pada materi ini dijelaskan tujuan-tujuan tersebut adalah agar mendapatkan laba maksimal, mendapatkan pengembalian investasi yang ditartegtkan, mencegah dan mengurangi persaingan, dan mempertahankan/memperbaiki market share. Kemudian ada sasaran penetapan harga, dan sasarannya adalah untuk menentukan suatu harga akan ditetapkan, menentukan target penjualan produk, dan menentukan kelompok konsumen yang akan dijangkau. Terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan harga. Terdapat dua faktor, yaitu faktor internal, dan faktor eksternal. Faktor internalnya melingkup tujuan pemasaran, strategi bauran pemasaran, biaya, dan organisasi. Sedangkan faktor eksternal terdapat sifat dan permintaan pasar persaingan.
            Pada metoda penetapan harga, dalam materi harga ini dibagi menjadi tiga:
a.      Cost Pricing Method (harga didasarkan pada biaya total ditambah laba yang diinginkan).
b.      Harga didasarkan pada keseimbangan antara perkiraan permintaan pasar dengan suplai.
c.       Harga didasarkan pada kondisi-kondisi pasar yang bersaing.

            Mengenai kebijakan dan strategi harga, terdapat tiga pokok bahasan, diantaranya adalah strategi itu sendiri, kebijaksanaan, dan potongan dan kelonggaran yang mencakup potongan kuantitas, potongan dagang, serta potongan tunai, dan potongan musiman.
            Monopoli adalah uatu situasi dalam pasar dimana hanya ada satu atau segelintir perusahaan yang menjual produk atau komoditas tertentu yang tidak punya pengganti yang mirip dan ada hambatan bagi perusahaan atau pengusaha lain untuk masuk dalam bidan industri atau bisnis tersebut. Dengan kata lain, pasar dikuasai oleh satu atau segelintir perusahaan, sementara pihak lain sulit masuk didalamnya. Karena itu, hampir tidak ada persaingan berarti. Sedangkan Oligopoli adalah suatu bentuk pasar dimana terdapat dominasi sejumlah pemasok dan penjual. Pada kenyataannya, Sistem oligopoli yang ada, memiliki konsentrasi pasar yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa persentase yang besar dari pasar Oligopoli ditempati oleh perusahaan-perusahaan komersial negara terkemuka. Perusahaan-perusahaan ini membutuhkan perencanaan strategis untuk mempertimbangkan reaksi dari pesaing lain yang ada di pasar. Oligopoli dalam praktek pasar bebas, sangat menguntungkan para pemilik modal yang banyak. Pasar oligopoli adalah suatu bentuk interaksi permintaan dengan penawaran dimana terdapat penjual/produsen yang menguasai permintaan pasar. Lalu terakhir adalah Persaingan bebas. Lalu pemimpin pasar, terdapat follower = Potongan dan bonus, dan produk= Bahan baku, Tenaga Kerja Lapangan, dan Biaya Overhead.
            Sekian materi perkuliahan mengenai kebijakan harga, semoga materi yang disampaikan ini bermanfaat untuk semua. Amin. Terima kasih.

Minggu, 28 April 2013

TUGAS ANALISIS NAMA TEMAN-TEMAN DI FACEBOOK

     

     Dalam tugas kali ini, saya melakukan penelitian terhadap identitas nama teman-teman saya di Facebook, kategori penilaian dibagi menjadi dua, yaitu teman yang menggunakan nama aslinya/real name, dan teman yang tidak menggunakan nama aslinya/fake name. Jumlah teman di Facebook saya saat ini berjumlah kurang lebih berjumlah 4.659 orang. Hasil penelitiannya sebagai berikut:

Jumlah teman yang menggunakan nama aslinya / real name berkisar berjumlah sebanyak 4314 orang, jika dipresentasikan dapat dihitung sebagai berikut:

4314   x   100%  =  92,59%
4659

Sedangkan teman yang tidak menggunakan nama aslinya / fake name berkisar berjumlah sebanyak 345 orang, jika dipresentasikan dapat dihitung sebagai berikut:

345     x   100%  =  7,40%
4659

     Hasil kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian singkat tersebut, terdapat sebanyak 345 orang yang tidak menggunakan nama aslinya / real name. Hal tersebut menurut konsep Manajemen Pemasaran, dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah namanya tersebut kurang terkesan istimewa, lalu nama tersebut kurang "menjual", sehingga tidak dapat menarik konsumen secara pasti.

PERTEMUAN KESEMBILAN: DISTRIBUSI, FRANCHISE, DAN MULTI LEVEL MARKETING (MLM)




JAKARTA – RAWAMANGUN
                Pada hari Senin, 22 April 2013, diadakan pertemuan kesembilan perkuliahan Manajemen Pemasaran, di ruang D 305 Daksinapati, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta. Kelas dimulai pukul 13.30 WIB, dan langsung dipimpin oleh Bapak Amril Muhammad, S.E., M.Pd. selaku dosen bersangkutan. Pada perkuliahan ini diadakan presentasi kelompok tujuh, yang beranggotakan Yolla Fitriani, Leni Indriani, dan Risky Nuria Pardede. Kelompok mereka mempresentasikan materi dengan tema, “Distribusi, Franchise, dan Multi Level Marketing (MLM)”.
                Pokok bahasan pertama yaitu Distribusi, apa distribusi itu? Distribusi adalah suatu kegiatan memindahkan barang atau penyaluran barang atau jasa dari produsen kepada konsumen sewaktu  dan dimana barang atau jasa tersebut diperlukan. Didalam distribusi ini terdapat saluran distribusi. Definisi dari saluran distribusi ini adalah sekelompok lembaga yang berada diantara beberapa lembaga yang mengadakan kerjasama dalam mencapai suatu kesepakatan atau tujuan yang diinginkan.
                Beberapa jenis tipe distribusi diantaranya adalah Saluran distribusi langsung, adalah pendistribusian barang dan jasa langsung kepada lokasi atau tempat konsumen, pendistribusian ini bersifat door to door. Selanjutnya ada Saluran distribusi tidak langsung, adalah pendistribusian barang dan jasa dengan menggunakan perantara, seperti menggunakan agen-agen, pedagang-pedagang besar atau kecil. Tujuan dari saluran distribusi ini adalah agar pemasaran lebih fokus untuk mencapai pasar-pasar tertentu, coverage (produk), kepada konsumen (pelanggan), dan prestise (gengsi).
                Selain pendistribusian, dalam materi ini dikenalkan istilah Franchising. Apakah franchising itu? Franchising adalah waralaba, suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan, dimana pemilik merek atau yang biasa disebut franchisor memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merk, nama, sistem, dan prosedur dan cara-cara tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu dan meliputi area tertentu.
                Franchise ini memiliki karakteristik tersendiri, antara lain adalah pewaralaba memiliki trade name, trade/service mark, hak patent, trade secret, dan know-how. Selain itu pewaralaba diijinkan menggunakan hak-hak yang bersangkutan. Kemudian dalam pengoperasian usaha waralaba itu, dibawah pengawasan dan pengarahan waralaba utamanya, dan terakhir terwaralaba harus membayar royalty dan fee kepada pemilik waralaba tersebut.
                Materi terakhir yaitu Multi Level Marketing atau yang biasa disingkat MLM, MLM adalah suatu cara atau metode yang dirancang suatu perusahaan, dalam menawarkan suatu produk tertentu kepada konsumen, agar menciptakan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan, yang dilaksanakan secara langsung kepada konsumen dengan pekerja distributor lepas. Terdapat beberapa ciri-ciri MLM, diantaranya adalah uang pendaftaran yang tergolong murah dan terjangkau, lalu ada pelatihan yang benar, perusahaannya jelas, dan memiliki bussines plan. Selain itu MLM ini sendiri memiliki bonus berlevel (passive income) dan dipengaruhi oleh motivasi. Selain itu pendistribusian MLM ini dilengkapi oleh sebuah katalog yang berisi daftar-daftar barang yang dijual oleh perusahaan itu.
                Demikian reportase pertemuan kesembilan perkuliahan Manajemen Pemasaran, semoga bermanfaat. Terima kasih.

Minggu, 21 April 2013

TUGAS ANALISIS NAMA UNTUK BRAND BISNIS




                Artha Virabhuana. Apa yang anda pikirkan ketika mendengar nama saya? Pasti langsung terpikirkan oleh anda yaitu sebuah nama bank atau valuta asing. Karena mayoritas nama bank atau valuta asing di Indonesia menggunakan nama ‘Artha’.
                ‘Artha’ dalam bahasa sansekerta artinya uang, dan ‘Virabhuana’ artinya pahlawan di udara. Oleh karena itu, banyak bank di Indonesia menggunakan nama ‘Artha’ sebagai nama perusahaannya, karena identik sebagai sumber uang.
                Bisnis yang sesuai dan cocok dengan nama saya adalah bisnis valuta asing, karena menurut saya, nama saya yang artinya ‘uang’, lebih condong ke bisnis yang mengurusi keuangan tersebut. Selain banyak bank yang memakai nama ‘Artha’ sebagai namanya, perusahaan valuta asingpun turut menjadikan nama ‘Artha’ sebagai nama perusahaannya.
                Bila suatu saat nanti saya membuat perusahaan valuta asing, nama perusahaan saya tersebut adalah PT. ARTHA MONEY VALUTA BHUANA. Karena dengan memakai nama tersebut, lebih meyakinkan dan menjanjikan para konsumen untuk menjadi pelanggan perusaahaan saya tersebut. Sehingga dapat membuat perusahaan valuta saya lebih profit dan eksis.

Sabtu, 20 April 2013

PERTEMUAN KEDELAPAN: MERK DAGANG DAN KONSEP NILAI



JAKARTA – RAWAMANGUN
                Pada hari Senin, 15 April 2013, diadakan pertemuan kedelapan perkuliahan Manajemen Pemasaran. Perkuliahan tersebut berlangsung di kelas R.307 Daksinapati, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta. Seperti biasa kelas diadakan pada pukul 13.30WIB, dan langsung dipimpin oleh dosen mata kuliah bersangkutan, Bapak Dr. Amril Muhammad, S.E., M.Pd. Perkuliahan kali ini diadakan presentasi oleh kelompok enam, yang terdiri dari saudara Bagindo Wisnu Dwiputra, Hery Irawan, Dicky Ramadhan, dan Panji Wisnu Nalibrata. Kelompok ini membawakan topik presentasi bertema,”Merk Dagang dan Konsep Nilai dalam Pemasaran Jasa Pendidikan”.
                Definisi dari Merk Dagang menurut American Marketing Association adalah,”Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari individu atau kelompok”. Sedangkan menurut Pihllip Kotler (1997:13),”A brand is a name, term, sign, symbol or design or combination of them, intended to identify the good or service of one seller of group of sellers and differentiate them from those of competitors”.
                Selanjutnya mengenai konsep dan pengukuran ekuitas merk, menurut David A. Aaker, Brand Equity adalah satu set brand aset dan liabilitas yang berkaitan dengan suatu merk, nama, dan simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan. Brand Equity ini mempunyai empat kategori, diantaranya adalah:
1.       Kesadaran Merk
2.       Penerimaan Merk
3.       Preferensi Merk
4.       Kesetiaan Merk

                Bila perusahaan mengalami ekuitas merk yang tinggi, otomatis mereka akan memiliki keuntungan yang kompetitif. Biaya pemasaran akan lebih kecil karena tingkat kesadaran dan kesetiaan konsumen tinggi. Perusahaan membutuhkan konsep yang benar dan tepat agar mendapatkan laba yang sebesar-besarnya.
                Dalam menentukan nama merk, terdapat empat strategi, pertama terdapat nama berdasarkan merk individual, nama keseluruhan untuk semua produk, nama-nama keluarga yang berbeda untuk semua produk, dan nama dagang perusahaan dikombinasikan dengan nama produk individual.
                Mengenai kualitas yang diinginkan konsumen dari suatu merk tersebut, terdapat lima hal yang harus diperhatikan, diantaranya adalah:
1.       Harus menyatakan sesuatu tentang manfaat produk,
2.       Harus menyatakan kualitas produk,
3.       Harus mudah diucapkan, dikenal, dan diingat,
4.       Harus berbeda, dan
5.       Harus tidak berani buruk.

                Sedangkan mengenai strategi merk, menurut Kottler (2000), terdapat lima pilihan strategi dalam merk, yaitu:
1.       Lakukan Perluasan Lini. Perluasan ini dapat dilakukan para pelaku usaha dengan cara menambahkan varian baru pada produk mereka.
2.       Perluasan Merk (Brand Extention). Strategi ini memanfaatkan merek yang sudah dikenal banyak orang.
3.       Gunakan strategi Multi-Merk. Strategi ini digunakan untuk menggunakan tambahan merk untuk kategori produk yang sama.
4.       Luncurkan Merk Baru. Jika sebuah perusahaan meluncurkan sebuah produk baru dalam kategori baru, tidak ada salahnya jika mereka menawarkan sebuah merk baru bagi produk yang akan mereka luncurkan.
5.       Gunakan Merk Bersama. Yaitu menggabungkan dua atau lebih merk yang sudah terkenal dalam sebuah penawaran.

                Merk juga mempunyai fungsi, dan disini terdapat beberapa fungsi yang harus diperhatikanm diantaranya yaitu:
1.       Tanda pengenal untuk membedakan hasil produksi dari yang lain,
2.       Sebagai alat promosi, sehingga mempromosikan hasil produksinya cukup dengan menyebutkan merknya,
3.       Sebagai jaminan atas mutu barangnya, dan
4.       Menunjukan hasil barang atau jasa yang dihasilkan.

                Selain itu merk mempunyai keistimewaan tersendiri, karena merk berguna untuk menarik para konsumen di pasar, keistimewaan itu adalah:
1.       Merk mempermudah penjual, mempermudah pesanan,
2.       Memberikan perlindungan kepada hukum,
3.       Memberikan penjual kesempatan kepada pemberi yang setia dan emnguntungkan,
4.       Merk yang baik membangun citra perusahaan, dan
5.       Membantu penjual melakukan segmentasi pasar.

                Dalam menentukan aspek merk, dibutuhkan beberapa faktor yang mempengaruhi merk itu sendiri, yaitu:
1.       Nama terang,
2.       Tempat,
3.       Mutu,
4.       Gaya hidup,
5.       Menyatakan sesuatu mengenai produk,
6.       Dan lain-lain.
                Merk dagang di Indonesia sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001, tentang Merk, sehingga merk-merk perusahaan di Indonesia sudah dilindungi oleh payung hukum yang berlaku. Selanjutnya terdapat bagian-bagian merk yang terdapat dalam merk itu sendiri, diantaranya terdapat Brand Name, Brand Mark, Trademark, dan Copyright.
                Sekian reportase mingguan pertemuan kedelapan saya, semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin. Terima kasih.

Minggu, 14 April 2013

TUGAS PENGEMBANGAN PRODUK JASA

     
     Dalam tugas kali ini saya akan mengembangkan produk jasa pendidikan yang telah saya rencanakan pada tugas sebelumnya yaitu bisnis pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bergerak di bidang konsultan SDM yang bernama Artha Educations Consultant. Konsultan ini membantu para kliennya dalam mengurusi hal sistem manajemen SDM, penilaian performa perusahaan, perekrutan personil perusahaan, serta training mengenai motivasi-motivasi yang dapat membuat para karyawannya lebih bersemangat dalam belajar.
     Ide awal saya ingin membuat konsultan SDM ini adalah ketika saya mendatangi salah satu konsultan psikologi milik teman kakak saya yang berada di bilangan Jakarta Selatan. Saya melihat bagaimana cara kerja para karyawan konsultan ini menghadapi para kliennya yang sedang mengalami masalah mengenai psikologinya mereka, lalu terlintaslah saya untuk membuat konsultan SDM berbasis manajemen, dan bukan psikologi. Karena menurut saya konsultan SDM di bidang manajemen ini masih sangat penting dibanding konsultan psikologi yang sudah ada.
     Nama konsultan ini diambil dari nama saya sendiri, Artha, dan Educations yang berarti edukasi atau pendidikan, bisa meliputi manajemen, planning, psikologi, dan lain-lain. Lokasi konsultan Artha Educations Consultant ini berada di bilangan Sudirman, Jakarta Selatan. Mengapa saya memilih lokasi kantor konsultan di daerah ini? Karena di daerah ini terdapat banyak gedung-gedung perkantoran, baik itu perusahaan swasta ataupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sehingga diharapkan dapat mengundang banyak klien yang membutuhkan bantuan kepada kita, tidak perlu jauh-jauh mencari konsultan yang berada diluar jangkauan kantornya.
     Pengembangan yang ingin saya lakukan dalam perusahaan ini adalah penambahan program kerja yang dapat diterapkan kepada klien-kliennya, dari kurikulum yang terus menerus diperbaharui, hingga isi materi yang lebih berbobot dan berkualitas kedepannya. Dalam soal biaya, berbeda tiap paketnya, dan dapat dinegosiasi sebelumnya, sehingga kedua pihak mendapatkan harga yang sesuai dan menguntungkan. Contohnya seperti perekrutan dan seleksi personil/karyawan baru, dikenakan biaya sebesar Rp. 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah)/orang, dan itu pun masih dapat kurang bila memakai dalam jumlah besar. Bila ingin mengadakan in-house training, dikenakan biaya sebesar Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah_ per acara, dan paket acara dapat dipilih sesuai keinginan kliennya.
     Mengenai karyawan konsultan saya sendiri, para karyawan sudah dibekali kemampuan dan kompetensi khusus dalam memberikan ilmu dan materi yang disampaikan kepada para kliennya. Berpendidikan minimal S-2, baik negeri ataupun luar negeri, fasih berbahasa indonesia ataupun inggris, sehingga dapat memperlancar proses konsultasi tersebut. Perekrutannya pun diadakan secara detil dan cermat, agar mendapatkan karyawan yang terbaik dan berkompeten di bidangnya. Tiap bulan diadakan evaluasi kepada seluruh karyawan agar dapat mengetahui perkembangan produksi konsultan tersebut.

PERTEMUAN KETUJUH: PENCIPTAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK

     
     JAKARTA - RAWAMANGUN
     Pertemuan ketujuh perkuliahan Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan kali ini diadakan pada hari Senin, 8 April 2013 di ruang D 307 Daksinapati Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Perkuliahan dimulai pukul 13.30WIB, dan dibimbing langsung oleh Bapak Dr. Amril Muhammad, S.E, M.Pd selaku dosen mata kuliah bersangkutan. Pada pertemuan kali ini, diadakan presentasi seperti biasanya, dan kelompok yang mendapat giliran presentasi pada hari ini adalah kelompok lima, yang anggotanya terdiri dari Yayuk Fathonah, Septia Lutfiani, Muhammad Fahmi Basyar, dan Artha Virabhuana. Namun Artha Virabhuana tidak dapat hadir pada pertemuan kali ini. Mereka mempresentasikan materi "Penciptaan dan Pengembangan Produk Jasa Pendidikan".
    Definisi dari "produk" itu sendiri adalah seperangkat atribut baik yang dapat berwujud atau tidak berwujud, yang ditawarkan kedalam pasar dan dapat memuaskan sebuah keinginan atau kebutuhan konsumen. Produk ini sendiri dibagi menjadi dua bagian, yaitu goods dan services.
     Mengapa diperlukan adanya penciptaan dan pengembangan produk? Karena dalam sebuah produksi suatu produk dalam perusahaan, diperlukan adanya inovasi dan eksistensi barang yang diproduksi tersebut, agar produk tersebut dapat bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin ketat, dan harga produksi yang melonjak naik, dengan demikian perusahaan tersebut dapat memperoleh keuntungan laba yang lebih.
     Dalam pengembangan produk jasa pendidikan ini, terdapat delapan tahap proses pengembangan produk, pertama adalah penciptaan ide. Pengumpulan ide gagasan produk ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain konsumen, pesaing, karyawan, dll. Kedua adalah penyaringan ide. Setelah mendapatkan beberapa ide yang diterima, ide-ide tersebut harus disaring melalui proses yang teliti dan cermat agar mendapatkan yang terbaik. Ketiga adala pengembangan dan pengujian konsep. Sebelum produk tersebut diluncurkan ke pasar, konsep yang akan diluncurkan ini harus diuji terlebih dahulu dengan cara memberikan sample kepada beberapa konsumen yang dapat dipercaya, agar dapat dilihat apakah produk tersebut dapat diterima dan dipasarkan di masyarakat. Keempat adalah pengembangan strategi pemasaran. Pada tahap ini adalah bagaimana mengatur strategi agar produk tersebut laris di pasaran. Kelima adalah analisis usaha. Analisis ini dilakukan untuk mencari tau nilai dan seberapa besar perkiraan laba, penjualan, serta pengeluaran produk perusahaan tersebut. Keenam yaitu pengembangan produk. Konsep produk tersebut dapat direalisasikan di pasaran, dan dapat dikembangkan sesuai kemauan perusahaan tersebut. Ketujuh adalah marketing testing. Yaitu pengujian pasar dimana produk tersebut diperkenalkan kepada masyarakat khususnya konsumen dengan cara memberikan sampel produk tersebut, untuk mengetahui bagaimana reaksi konsumen tersebut. Kedepalan adalah komersialisasi. Pada konsep ini, dijelaskan bagaimana strategi produk tersebut akan diluncurkan, menentukan kapan, dimana, pada siapa, dan bagaimana.
     Tujuan diadakannya product planning:
     1. Untuk memenuhi keinginan konsumen yang belum puas,
     2. Untuk menambah omzet penjualan.
     3. Untuk menenangkan persaingan.
     4. Untuk mendayagunakan sumber-sumber produksi,
     5. Untuk meningkatkan keuntungan dengan pemakaian bahan yang sama,
     6. Untuk mendayagunakan sisa-sisa bahan,
     7. Untuk mencegah kebosanan konsumen,
     8. Untuk menyederhanakan produk.
     Pada pengembangan jenis produk inipun terdapat beberapa kelemahan yang dapat terjadi pada perusahaan tersebut, diantaranya adalah dengan adanya kekurangan ide produk, sehingga konsumen menjadi jenuh dan bosan terhadap produk yang ditawarkan, lalu terdapat pasar yang terlalu banyak, sehingga konsumen menjadi tidak fokus dalam memenuhi kebutuhan yang diinginkannya, lalu ada mahalnya proses pengembangan produk baru yang menyebabkan perusahaan tersebut kekurangan modal untuk mengembangkan produknya, kendala pemerintah yang menyangkut kebijakan pemerintah tersebut, dan waktu pengembangan yang lebih cepat dan siklus hidup produk yang lebih pendek.
     Itulah reportase pertemuan ketujuh perkuliahan manajemen pemasaran pada hari Senin, 8 April 2013 kemarin, semoga materi yang disampaikan dapat dicerna dan dipahami dengan baik.

Jumat, 29 Maret 2013

PERTEMUAN KEENAM PEMASARAN JASA: BAURAN PEMASARAN JASA



Senin, 25 Maret 2013
     JAKARTA- Hari ini merupakan pertemuan keenam perkuliahan manajemen pemasaran jasa pendidikan. Pada pertemuan ini, Bapak Dr. Amril Muhammad, S.E. M.Pd selaku dosen mata kuliah ini, berhalangan hadir. Namun sesuai perintahnya, kuliah tetap diadakan dan dilanjutkan. Presentasi pada hari ini dilakukan oleh kelompok empat. Presentasi dipecah menjadi beberapa kelompok kecil, diwakili tiap peserta. Perkuliahan dilaksanakan di selasar lantai satu, depan kantor jurusan Manajem Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta.

     Aprilia Nita, selaku perwakilan dari kelompok empat, menjelaskan materi Bauran Pemasaran Jasa menurut Kottler adalah, "Bauran pemasaran merupakan sekumpulan alat pemasaran atau marketing mix yang dapat digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran". Selanjutnya ia menjelaskan bahwa marketing mix terdiri dari 4 (empat) jenis, yaitu product, place, price,  dan promotion. Yang dimana 4P tersebut adalah merupakan konsep bauran pemasaran tradisional. Sedangkan konsep modernnya adalah people, process, dan physical evidence (Bitner).

     Lalu pembauran pemasaran jasa ini harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi pasar tersebut, yang dikenal dengan bersifat dinamis

     Ia menjelaskan bahwa Produk adalah sekumpulan nilai produk yang kompleks, dan nilai itu ditetapkan oleh pembeli berdasarkan manfaat yang mereka terima. 

     Sedangkan Price itu kritis, karena menentukan besar kecilnya profit. Dalam hal ini dibagi menjadi tiga:
     1. Penetapan harga berdasarkan biaya
     2. Penetapan harga berdasarkan saingan/pesaing
     3. Penetapan harga berdasarkan pemintaan konsumen

     Place menurut saudari Aprilia Nita, adalah tempat terjadinya produse/perusahaan dengan konsumen. Ada delapan faktor yang menentukan profit perusahaan, yaitu:
     1. Akses = Mudah digunakan/dijangkau
     2. Visibilitas = Dapat dilihat/tidak dari sisi jalan
     3. Traffic = Menentukan konsumen
     4. Tempat parkir yang luas
     5. Ekspansi = Tempat perpindahan yang cukup
     6. Lingkungan
     7. Persiangan = Lokasi pesaing
     8. Peraturan Pemerintah

    Promosi menurut saudari April, menentukan keberhasilannya program pemasaran. Sedangkan tujuan dari promosi ini sendiri adalah untuk menginformasikan, mempengaruhi, membujuk konsumen tentang apa yang dipasarkan. Terdapat beberapa bagian dari hal promosi ini.
     1. Personal Selling = Face to Face/langsung
     2. Mass Selling = Periklanan/publisitas
     3. Promosi/penjualan = Bentuk persuasi langsung
     4. Humas = Memanfaatkan untuk mendekatkan masyarakat
     5. Direct Marketing = Sistem pemasaran yang bersifat interaktif dan memanfaatkan media
     6. Word of mouth = Lebih menekankan pengalaman.

     People, menurut saudari April, adalah sekumpulan pegawai di perusahaan tersebut. Seluruh perilaku produsen diperhatikan konsumen.

     Sedangkan Physical Evidence adalah sarana fisik, atau lingkungan fisik, dapat berupa logo, dan bangunan.

     Terakhir ada Process, menurut dia, definisinya adalah semua prosedur awak, mekanisme, dan aliran aktivitas yang digunakan untuk menyampaikan jasa.

     Itulah materi Pembauran Jasa yang disampaikan oleh saudari Aprilia Nita dari kelompok lima dalam presentasinya kemarin Senin (25/03). Dengan kata lain, pembauran ini adalah percampuran antara konsep-konsep tradisional dan modern dalam mencapai tujuan dalam pasar sasaran.

Sabtu, 23 Maret 2013

PERTEMUAN KELIMA MANAJEMEN PEMASARAN : POSITIONING DAN JASA PEMASARAN

            
                   Senin, 18 Maret 2013
            JAKARTA- Hari ini merupakan perkuliahan kelima mata kuliah manajemen pemasaran jasa pendidikan. Pada pertemuan kali ini, presentasi oleh kelompok 3 diadakan di selasar Fakultas Ilmu Pendidikan lantai 1 (satu). Dengan sistem presentasi dibagi menjadi kelompok-kelompok besar, tiap kelompok berkisar antara 8-9 orang, para penyaji dari tiap kelompok menjelaskan secara detil dan rinci materinya. Selanjutnya setelah presentasi, mahasiswa diminta Bapak Dr. Amril Muhammad, S.E, M.Pd. untuk berpindah ke ruang kelas 307.
            Pada saat di kelas, bapak Amril selaku dosen mata kuliah ini, menjelaskan materi mengenai postioning dan jasa pemasaran. Positioning adalah proses dimana pemasar mencoba menciptakan citra (pencitraan) atau identitas di benak target pasar mereka untuk produk, merek, atau organisasi tersebut. Positioning juga didefinisikan sebagai cara dimana pemasar menciptakan kesan dalam pikiran pelanggan. Positioning harus mencerminkan bagaimana cara target pasar mendefinisikan nilai dan melakukan pemilihan produk jasa yang bersaing.
            Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan positioning ini:
1.      Konsumen perlu kenyamanan,
2.      Konsumen perlu ketepatan,
3.      Konsumen perlu keamanan,
4.      Konsumen perlu keramahan.

            Sebelum melakukan positioning, pemasar harus terlebih dahulu melakukan penetapan strategi positioning. Dalam hal ini, ada tiga hal yang harus diperhatikan, pertama yaitu menganalisa mengenai kekuatan produk yang akan dipasarkan tersebut, kedua, menentukan kebutuhan pasar sasaran, ketiga, menganalisis kelebihan dan kekurangan produk yang akan ditawarkan.
            Selanjutnya ada 3 langkah dalam menjalankan positioning, yaitu:
1.      Mengenali keunggulan-keunggulan yang mungkin dapat ditampilkan dalam hubungan dengan pesaing.
2.      Memilih keunggulan-keunggulan yang paling kuat/menonjol.
3.      Menyampaikan keunggulan itu secara efektif kepada target pasar.

            Selanjutnya positioning dibagi menjadi tiga. Pertama, adalah confused positioning, yaitu satu jenis produk yang sudah terkenal, diikuti oleh jenis produk lain. Sebagai contohnya, misalnya ada konsumen yang ingin membeli air mineral bermerk aqua, tetapi oleh penjual diberikan merk vit. Kedua, adalah under positioning. Dalam kelompok ini, sebuah perusahaan produksi atau jasa memberikan info produk atau pesan produk tersebut secara tidak jelas atau kurang jelas, sehingga pesannya kabur dan konsumen tidak begitu mengerti apa yang dimaui perusahaan. Ketiga, adalah over positioning. Dalam hal ini konsumen mempersepsi produk perusahaan tersebut terlalu mahal dan perusahaan luput mengenali rentang pasar yang cukup luas.
            Pembahasan berikutnya mengenai penempatan pada positioning. Penempatan ini dibagi menjadi dua, yaitu re-positioning dan de­-positioning. Pertama, re-positioning adalah penempatan ulang atau penempatan baru yang dilakukan berdasarkan pesaing. Sedangkan de-positioning adalah penempatan ulang atau penempatan baru yang dilakukan berdasarkan kemauan sendiri.
            Pesaing sendiri harus diperhatikan agar tidak luput dan tidak dapat mengejar keuntungan perusahaan kita. Produk, barang, dan harga tersebut harus diperhatikan. Oleh karena itu, positioning harus diperhatikan secara prioritas, agar perusahaan dapat memberikan pencitraan produknya kepada pasar atau konsumen, sehingga konsumen dapat mengidentifikasi secara jelas produknya, dan dapat meraih keuntungan yang besar dari penjualannya.
             Demikian reportase pertemuan kelima manajemen pemasaran dan jasa pendidikan, materi positioning dan jasa pemasaran sudah dapat disampaikan secara jelas dan akurat. Terima kasih.